Anonim A

04 Mei 2024 01:39

Iklan

Iklan

Anonim A

04 Mei 2024 01:39

Pertanyaan

45. Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Padahal jika melihat sejarah lahirnya agama Islam yang dibawa para nabi, Indonesia (Nusantara) tidak begitu dikenal. Namun berkat kegigihan para wali, ulama dan mubaligh dalam berdakwah, perkembangan Islam di Nusantara begitu pesat sampai saat ini. Jelaskan 4 cara bagaimana para wali, ulama dan mubaligh berdakwah di Nusantara saat itu? Jawabannya singkat aja ya kak, ga ush panjang². terimakasih


23

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Dea K

04 Mei 2024 01:45

Jawaban terverifikasi

<p>Berikut adalah empat cara bagaimana mereka berdakwah di wilayah tersebut:</p><p>&nbsp;</p><p><strong>Dakwah melalui perdagangan</strong>: Sejak zaman perdagangan maritim awal, pedagang Muslim dari berbagai belahan dunia telah membawa agama Islam ke Nusantara. Mereka tidak hanya melakukan transaksi perdagangan, tetapi juga menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Dengan cara ini, Islam meresap ke berbagai wilayah Nusantara melalui kontak perdagangan.</p><p><strong>Penyebaran melalui misi dakwah</strong>: Para ulama dan wali datang ke Nusantara untuk menyebarkan ajaran Islam secara langsung kepada masyarakat setempat. Mereka melakukan perjalanan ke berbagai pulau dan daerah, mengajar, memberi ceramah, dan membimbing masyarakat tentang prinsip-prinsip Islam. Misalnya, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati adalah beberapa di antara banyak ulama yang memainkan peran kunci dalam penyebaran Islam di Jawa.</p><p><strong>Pembangunan institusi keagamaan</strong>: Para ulama dan wali tidak hanya berfokus pada dakwah langsung, tetapi juga membangun institusi keagamaan seperti pesantren, masjid, dan madrasah. Melalui institusi-institusi ini, mereka menyediakan tempat untuk pendidikan agama, diskusi keagamaan, dan pengembangan komunitas Muslim. Institusi-institusi ini menjadi pusat penyebaran Islam dan pengembangan budaya Islam di Nusantara.</p><p><strong>Dakwah melalui seni dan budaya</strong>: Para ulama dan wali juga menggunakan seni dan budaya sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam. Mereka menciptakan karya seni seperti wayang kulit, seni ukir, seni musik, dan puisi yang mengandung pesan-pesan Islam. Melalui seni dan budaya ini, mereka dapat menjangkau masyarakat yang mungkin sulit dijangkau melalui metode dakwah konvensional.</p>

Berikut adalah empat cara bagaimana mereka berdakwah di wilayah tersebut:

 

Dakwah melalui perdagangan: Sejak zaman perdagangan maritim awal, pedagang Muslim dari berbagai belahan dunia telah membawa agama Islam ke Nusantara. Mereka tidak hanya melakukan transaksi perdagangan, tetapi juga menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Dengan cara ini, Islam meresap ke berbagai wilayah Nusantara melalui kontak perdagangan.

Penyebaran melalui misi dakwah: Para ulama dan wali datang ke Nusantara untuk menyebarkan ajaran Islam secara langsung kepada masyarakat setempat. Mereka melakukan perjalanan ke berbagai pulau dan daerah, mengajar, memberi ceramah, dan membimbing masyarakat tentang prinsip-prinsip Islam. Misalnya, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati adalah beberapa di antara banyak ulama yang memainkan peran kunci dalam penyebaran Islam di Jawa.

Pembangunan institusi keagamaan: Para ulama dan wali tidak hanya berfokus pada dakwah langsung, tetapi juga membangun institusi keagamaan seperti pesantren, masjid, dan madrasah. Melalui institusi-institusi ini, mereka menyediakan tempat untuk pendidikan agama, diskusi keagamaan, dan pengembangan komunitas Muslim. Institusi-institusi ini menjadi pusat penyebaran Islam dan pengembangan budaya Islam di Nusantara.

Dakwah melalui seni dan budaya: Para ulama dan wali juga menggunakan seni dan budaya sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam. Mereka menciptakan karya seni seperti wayang kulit, seni ukir, seni musik, dan puisi yang mengandung pesan-pesan Islam. Melalui seni dan budaya ini, mereka dapat menjangkau masyarakat yang mungkin sulit dijangkau melalui metode dakwah konvensional.


Iklan

Iklan

Salsabila M

Community

05 Mei 2024 00:53

Jawaban terverifikasi

<p>berikut adalah empat cara bagaimana para wali, ulama, dan mubaligh berdakwah di Nusantara pada masa itu:</p><p><strong>Dakwah Melalui Pemimpin Lokal</strong>: Para ulama dan mubaligh sering berkolaborasi dengan pemimpin lokal untuk menyebarkan Islam di wilayah mereka, memanfaatkan pengaruh dan otoritas mereka untuk memperluas pengaruh agama.</p><p><strong>Pembangunan Pusat Pendidikan Islam</strong>: Mendirikan madrasah, pesantren, dan lembaga pendidikan Islam menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat setempat, serta melatih generasi penerus dalam pengetahuan agama.</p><p><strong>Praktek Dakwah Terbuka</strong>: Melalui ceramah, khotbah, dan pengajaran, para ulama dan mubaligh mendekati masyarakat secara langsung untuk berbagi ajaran Islam, menjelaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama dengan bahasa yang mudah dipahami.</p><p><strong>Penyesuaian dengan Budaya Lokal</strong>: Mengakomodasi tradisi lokal dan adat istiadat dalam praktik keagamaan Islam, mempermudah penerimaan masyarakat terhadap ajaran agama baru tanpa mengorbankan inti nilai-nilai Islam.</p>

berikut adalah empat cara bagaimana para wali, ulama, dan mubaligh berdakwah di Nusantara pada masa itu:

Dakwah Melalui Pemimpin Lokal: Para ulama dan mubaligh sering berkolaborasi dengan pemimpin lokal untuk menyebarkan Islam di wilayah mereka, memanfaatkan pengaruh dan otoritas mereka untuk memperluas pengaruh agama.

Pembangunan Pusat Pendidikan Islam: Mendirikan madrasah, pesantren, dan lembaga pendidikan Islam menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat setempat, serta melatih generasi penerus dalam pengetahuan agama.

Praktek Dakwah Terbuka: Melalui ceramah, khotbah, dan pengajaran, para ulama dan mubaligh mendekati masyarakat secara langsung untuk berbagi ajaran Islam, menjelaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama dengan bahasa yang mudah dipahami.

Penyesuaian dengan Budaya Lokal: Mengakomodasi tradisi lokal dan adat istiadat dalam praktik keagamaan Islam, mempermudah penerimaan masyarakat terhadap ajaran agama baru tanpa mengorbankan inti nilai-nilai Islam.


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

HOS Cokroaminoto, Yang Guru Bangsa Haji Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah barname RM Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakaknya, RM. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo Tjokro lahir di Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1882. Awalnya kehidupan Tjokro terbilang biasa-basa saja. Semasa kecil ia dikenal sebagai anak yang nakal dan suka berkelahi. Setelah beberapa kali berpindah sekolah, akhirnya ia berhasil menyelesaikan sekolahnya di osvia (sekolah calon pegawai pervarintah atau pamong praja di Magelang pada tahun 1902. Setelah menamatkan osvia, Tjokro bekerja sebagai seorang juru tulis di Ngawi, Jawa Timur Tiga tahun kemudian ia bekerja di perusahaan dagang di Surajaya. Keindahannya ke Surajaya membawanya terjun ke dunia politik. Di kota pahlawan itu Tjokro kemudian bergabung dalam Sarekat Dagang Islam (sdi pimpinan H. Samanhudi, la menyarankan agar SDI diubah menjadi partai politik. SDI kemudian resmi diubah menjadi Sarekat Islam (50) dan Tjokro menjadi Ketua SI pada tanggal 10 Sepetember 1912. Tjokroaminoto dipercaya untuk memangiku jabatan ketua setelah sebelumnya menjabat sebagai komisaris Sl. Di bawah kepemimpinannya, Sl mengalami kemajuan pesat dan berkembang menjadi partai massa sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda berupaya menghalangi St yang termasuk organisasi Islam terbesar pa anak tu. Pemerintah kolonial sangat membatasi kekuasaan pengurus pusat Si agar mudah di dipengaruhi pangreh praja setempat. Situasi itu menjadikan Sl menghadapi kesenjangan antara p dan daerah yang menyebabkan kesulitan dalam mobilisasi para anggotanya. G 57 tahap Thidangka ke by Iharaar magedi inspire smu generasi muda Pada periode tahun 1912-1916, Tjokroaminoto dan para pemimpin Si lainnya sedikit bersikap moderat terhadap pamarntah Belancia. Mereka memperjuangkan penegakan hak-hak manusia sewa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tapi sejak tahun 1916, menghadapi pembentukan Dewan Rakyat 8. sana m jadi hangat. Dalam kongres kongres 51, Tjokroaminoto mulai melancarkan ide pembentukan kation (bangsa) dan pemerintahan sendiri. Sebagai reaksi terhadap seni Novembar (November beloftemt, Gubernur Jenderal dan Limburgh Stanum, Tjokroaminoto selaku wakil SI delam Volksraad bersama sastrawan, aktivis, jurnalis Adul Kuis, Cipto Mangunkusumo mengajukan mosi yang kemudian dikenal dengan Mosi Tjokroaminoto pada tanggal 25 November 1918. Mereka menuntut Pertama, pembentukan Dewan Negara di mana penduduk semua wakil dari kerajaan. Kedua, pertanggungjawaban departemen/pemerintah Hindia Belanda terhadap perwakilan rakyat. Tiga, pertanggungjawaban terhadap perwakilan rakyat. Keempat, reformasi pemerintahan dan desentralisasi. Intinya, mereka menuntut pemerintah Belanda membentuk parlemen yang anggotama dipilih dari rakyat dan oleh rakyat Pemerintah sendiri dituntut bertanggung jawab pada parlemen Namun, oleh Ketua Parlemen Belanda, tuntutan tersebut dianggap hanya fantasi belaka. Selanjutnya, pada kongres gas ona SI di Yogyakata tanggal 2-6 Maret 1921, SI pimpinan Tjokro . memberikan reaksi atas sikap pemerintah Belanda tersebut dengan merumuskan tujuan perjuangan politik Sl sebagai, Untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda. Selama hidupnya, Tjokroaminoto merupakan sosok yang berpengaruh besar terhadap tokoh-tokoh muda pergerakan nasional saat itu. Keahliannya berpidato ia gunakan untuk mengecam kesewenang wenangan pemerintah Belanda. Semasa perjuangannya, dia misalnya mengecam perampasan tanah oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan milik Belanda. la juga mendesak Sumatera Landsyndicaat supaya mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung (tepi Danau Danau, Sumatera Selatan). Nasib para dokter pribumi juga turut diperjuangkannya dengan menuntut kesetaraan kedudukan antara dokter Indonesia dengan dokter Belanda. Pada tahun 1920, Tjokro dijebloskan ke penjara dengan tuduhan marghasut dan mempersiapkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Belanda. Pada Apris 1922, setelah tujuh bulan meringkuk di penjara, ia kemudian dibebaskan. cokroaminoto kemudian diminta kembali untuk duduk am Volksraad, namun permintaan itu ditolaknya kerena ia sudah tak mau lagi bekerja sama dengan pemerintah Belanda Sebagai tokoh masyarakat, pemerintah koloria menjulukinya sebagai de Ongekroonde Kuning dan Jasa (Raja Jawa yang tidak bermahkota atau tidak dinobatkan). Pengaruh Tjokro yang Luas menjadikannya sebagai tokoh panutan masyarakat. Karena alasan itu pula maka R.M. Soekemi Sesrodihardjo mengirimkan anaknya Soekamo untuk pendidikan dengan in de kost di rumahnya. Selain menjadi politikus, Tjokroaminoto aktif menulis karangan di majalah dan surat kabar. Salah satu karyanya ialah buku yang berjudul Islam dan Nasionalisme. Tjokroaminoto menghembuskan napasnya yang terakhir pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakata pada usia 51 tahun. Atas jasa-jasanya kepada negara, Haji Gemar Siad Cokroaminoto dianugerahkan gelar pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.590 Tahun 1961, tanggal 9 Nopember 1961. 1. carilah gagasan penjelas dari teks diatas 2. carilah keteladanan atau hikmah dari teks diatas

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Sekilas tentang Sejarah Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu , para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara be rkumpul dalam rapat pemuda. Mereka berikrar bahwa (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Pada tahun 1928 itulah, bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada saat itu, Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36). Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain , menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkemban g dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (linguafranca). Hal ini bukan hanya digunakan di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal terse but terbukti dalam prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Harnzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu banyak dipakai di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah . Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indone sia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sumber: badanbahasa.kemdikbud.go.id Tuliskan informasi-informasi penting yang terdapat dalam teks sejarah tersebut.

6

5.0

Jawaban terverifikasi

HOS Cokroaminoto, Sang Guru Bangsa Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo. Tjokro lahir di Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1882. Awalnya kehidupan Tjokro terbilang biasa-biasa saja. Semasa kecil ia dikenal sebagai anak yang nakal dan suka berkelahi. Setelah beberapa kali berpindah sekolah, akhirnya ia berhasil menyelesaikan sekolahnya di OSVIA (sekolah calon pegawai pemerintah atau pamong praja) di Magelang pada tahun 1902. Setelah menamatkan OSVIA, Tjokro bekerja sebagai seorang juru tulis di Ngawi, Jawa Timur. Tiga tahun kemudian ia bekerja di perusahaan dagang di Surabaya. Kepindahannya ke Surabaya membawanya terjun ke dunia politik. Di kota pahlawan itu Tjokro kemudian bergabung dalam Sarekat Dagang Islam (SDI) pimpinan H. Samanhudi. Ia menyarankan agar SDI diubah menjadi partai politik. SDI kemudian resmi diubah menjadi Sarekat Islam (SI) dan Tjokro menjadi Ketua SI pada tanggal 10 September 1912. Tjokroaminoto dipercaya untuk memangku jabatan ketua setelah sebelumnya menjabat sebagai komisaris SI. Di bawah kepemimpinannya, SI mengalami kemajuan pesat dan berkembang menjadi partai massa sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda berupaya menghalangi SI yang termasuk organisasi Islam terbesar pada saat itu. Pemerintah kolonial sangat membatasi kekuasaan pengurus pusat SI agar mudah diawasi dan dipengaruhi pangreh praja setempat. Situasi itu menjadikan SI menghadapi kesenjangan antara pusat dan daerah yang menyebabkan kesulitan dalam mobilisasi para anggotanya. Pada periode tahun 1912-1916, Tjokroaminoto dan para pemimpin SI lainnya sedikit bersikap moderat terhadap pemerintah Belanda. Mereka memerjuangkan penegakan hak-hak manusia serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tapi sejak tahun 1916, menghadapi pembentukan Dewan Rakyat, suasana menjadi hangat. Dalam kongres-kongres SI, Tjokroaminoto mulai melancarkan ide pembentukan nation (bangsa) dan pemerintahan sendiri. Sebagai reaksi terhadap "Janji November" (November beloftem), Gubernur Jenderal van Lim burgh Stirum, Tjokroaminoto selaku wakil SI dalam Volksraad bersama sastrawan, akitivis, jurnalis Abdul Muis, Cipto Mangukusumo mengajukan mosi yang kemudian dikenal dengan "Mosi Tjokroaminoto" pada tanggal 25 November 1918. Mereka menuntut: Pertama, pembentukan Dewan Negara di mana penduduk semua wakil dari kerajaan. Kedua, pertangggungjawaban departemen/pemerintah Hindia Belanda terhadap perwakilan rakyat. Tiga, pertangggungjawaban terhadap perwakilan rakyat. Keempat, reformasi pemerintahan dan desentralisasi. Intinya, mereka menuntut pemerintah Belanda membentuk parlemen yang anggotanya dipilih dari rakyat dan oleh rakyat. Pemerintah sendiri dituntut bertanggung jawab pada parlemen. Namun, oleh Ketua Parlemen Belanda, tuntutan tersebut dianggap hanya fantasi belaka. Selanjutnya, pada kongres nasional SI di Yogyakarta tanggal2-6 Maret 1921, SI pimpinan Tjokro memberikan reaksi atas sikap pemerintah Belanda tersebut dengan merumuskan tujuan perjuangan politik SI sebagai, "Untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda". Selama hidupnya, Tjokroaminoto merupakan sosok yang berpengaruh besar terhadap tokoh-tokoh muda pergerakan nasional saat itu. Keahliannya berpidato ia gunakan untuk mengecam kesewenang-wenangan pemerintah Belanda. Semasa perjuangannya, dia misalnya mengecam perampasan tanah oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan milik Belanda. Ia juga mendesak Sumatera Landsyndicaat supaya mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung (tepi Danau Ranau, Sumatera Selatan). Nasib para dokter pribumi juga turut dipejuangkannya dengan menuntut kesetaraan kedudukan antara dokter Indonesia dengan dokter Belanda. Pada tahun 1920, Tjokro dijebloskan ke penjara dengan tuduhan menghasut dan mempersiapkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Belanda. Pada April 1922, setelah tujuh bulan meringkuk di penjara, ia kemudian dibebaskan. Tjokroaminoto kemudian diminta kembali untuk duduk dalam Volksraad, namun permintaan itu ditolaknya karena ia sudah tak mau lagi beke~a sama dengan pemerintah Belanda. Sebagai tokoh masyarakat, pemerintah colonial menjulukinya sebagai de Ongekroonde Koning van Java (Raja Jawa yang tidak "bermahkota" atau tidak "dinobatkan"). Pengaruh Tjokro yang luas menjadikannya sebagai tokoh panutan masyarakat. Karena alasan itu pula maka R.M. Soekemi Sasrodihardjo mengirimkan anaknya Soekarno untuk Pendidikan dengan in de kost di rumahnya. Selain menjadi politikus, Tjokroaminoto aktif menulis karangan di majalah dan surat kabar. Salah satu karyanya ialah buku yang bejudul "Islam dan Nasionalisme." Tjokroaminoto menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta pada usia 51 tahun. Atas jasa- jasanya kepada negara, Haji Oemar Said Cokroaminoto dianugerahkan gelar pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.590 Tahun 1961, tanggal 9 Nopember 1961. (Dicuplik dengan penggubahan dari www.tokohindonesia.com) 4q. Apa yang dilakukan Tjokro untuk para dokter pribumi?

198

5.0

Jawaban terverifikasi